PENDAHULUAN
A. Pengertian
Paham Dogmatisme dan Universalisme
a. Pengertian
paham Dogmatisme
Secara bahasa Dogma adalah pokok
ajaran (ajaran yang tidak boleh dibantah), kepercayaan. Dogma berasal dari
bahasa Yunani “Dogmata”, yang artinya keyakinan, kepecayaan, , dan suatu asas.
Sedangkan Dogmatis adalah suatu yang bersifat otoritatif yang diharapkan dapat
mengikat kalangan tertentu tanpa adanya kritik dan penyelidikan atas
dasar-dasarnya.
Pengertian paham Dogmatisme adalah
filsafat yang mendasarkan pandangannya kepada pengertian Allah atau subtansi atau
monade, tanpa menghiraukan rasio telah memiliki pengertian tentang hakekatnya sendiri, luas
dan batas kemampuannya atau tidak mengakuinya adanya tuhan atau salah satu
aliran filsafat yang tidak terbatas kepercayaanya kepada akal manusia.
Dalam arti paling umum,
"dogmatisme" telah menjadi identik dengan tanpa kompromi, otoriter,
pikiran sempit dan kekakuan: itu adalah kenyataan dari siapa pun
"dogmatika", artinya negara tanpa bukti, tidak mentolerir setiap
diskusi tentang nada tajam, membuat penilaian yang menarik.
Immanuel Kant dilahirkan pada tahun 1724
di Konigsberg, sebuah kota yang terletak di Prussia Timur. Kant wafat pada
umurnya yang ke delapan puluh. Keluarga Kant sangat saleh dan keyakinan agama
yang mereka anutlah yang menjadi dasar bagi filosofinya, ia merasa
melestarikan dasar-dasar kepercayaan Kristiani merupakan hal penting. Kant
adalah filosof pertama yang mengajarkan filsafat di universitas, ia adalah
seorang profesor di bidang filsafat.
Kant adalah jenis filosof yang mencari
jawaban sendiri bagi pertanyaan filosofis serta menjadi ahli dalam sejarah
filsafat, tapi ia tidak menyusun filosofinya sendiri. Kant mempunyai landasan
yang kuat pada tradisi filsafat masa lalu. Dia akrab dengan rasionalismenya
Descrates dan Spinoza serta empirisismenya Locke, Berkeley, dan Hume.
Immanuel Kant dikenal
sebagai tokoh Filsafat Kritis lawan dari Filsafat Dogmatis. Namun demikian
Filsafat Kritis Kant adalah merupakan periode kedua pemikiran Kant. Periode
pertama, Pra-Kritis dan periode kedua adalah zaman Kritis. Pada zaman
Pra-Kritis, Kant menganut pendirian rasionalitas yang dilancarkan oleh Wolff
dan kawan-kawannya. Pemikiran David Hume (1711-1776) sangat berpengaruh pada
Kant, hingga lambat laun Kant meninggalkan Rasionalismenya. Bahkan Kant
menyebut Hume-lah yang membangunkan dia dari tidur dogmatisnya. Setelah itu,
Kant mulai mengubah pandangan filsafatnya menjadi pandangan yang bersifat
kritis. Hume sendiri adalah seorang penganut Empirisme yang berpendapat bahwa
sumber pengetahuan manusia bukan rasio, melainkan pengalaman (empiri), tepatnya
pengalaman yang berasal dari pengenalan inderawi.
Filsafat Kant merupakan sintesa dari rasionaliem dan empirisisme. Kritisisme adalah filsafat adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Para filsuf terdahulu yang tergolong dalam dogmatisme sebelumnya meyakini kemampuan rasio tanpa penyelidikan terlbih dulu. Kant menyelidiki unsur-unsur mana dalam pemikiran manusia yang berasal dari rasio (sudah ada terlebih dulu tanpa dibantu oleh pengalaman) dan mana yang murni berasal dari empiri.
Filsafat Kant merupakan sintesa dari rasionaliem dan empirisisme. Kritisisme adalah filsafat adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Para filsuf terdahulu yang tergolong dalam dogmatisme sebelumnya meyakini kemampuan rasio tanpa penyelidikan terlbih dulu. Kant menyelidiki unsur-unsur mana dalam pemikiran manusia yang berasal dari rasio (sudah ada terlebih dulu tanpa dibantu oleh pengalaman) dan mana yang murni berasal dari empiri.
Tiga karya utama yang
menjadi tempat Kant mengungkapkan pandangan filsafatnya, yaitu : Kritik der
reinen Vernunft (1781) atau ”Kritik atas Rasio Murni”, Kritik der pratischen
Vernunft (1788) atau ”Kritik atas Rasio Praktis”, dan Kritik der Urteilskraft
(1790) atau ”Kritik atas Daya Pertimbangan”. Rasio murni akan melahirkanilmu
pengetahuian dan rasio praktis melahirkan etika, sedangkan daya pertimbangan
melahirkan kesenian. Bagi Kant, titik berat dari Kritisismenya ada pada kritik
yang pertama, yakni pada rasio yang murni.
b.
Pengertian
paham Universalisme
Dalam bahasa Latin ditemukan kata universum yang berarti "alam semestadunia".Dari
kata itu, dibentuk kata sifatnya, yaitu "universalis", yang artinya umum, mencakup
semua, menyeluruh. Dalam bahasa Inggris, kata Latin universalis menjadi universal. Kata ini dapat berarti konsep umum yang dapat
diterapkan pada sisi mana pun. Dari kata universalis dan universal
itulah istilah universalisme berasal. Jadi Universalisme adalah paham yang percaya bahwa semua manusia pada akhirnya
akan mendapat bagian pada keselamatan oleh Yesus Kristus. Keselamatan yang
didapatkan itu adalah anugerah Allah. Bahasa Yunani mengenal istilah
ini dengan apokatastasis. Kata ini
umumnya dipakai pada masa patristik.] Kata ini juga
memiliki keterkaitan dengan kata Yunanikatholikos, yang berarti universalisme Istilah
ini pertama kali muncul di Inggris sekitar abadke-17,
diEropa dan di Amerika sekitar abad
ke-18.
Origen dilahirkan pada tahun 185
A.D. di tengah-tengah
keluarga Kristen yang mengasihi Tuhan di Aleksandria. Pada tahun 202
A.D. ayahnya yang bernama Leonides ditangkap dan diminta untuk
menyangkali Tuhan yang dipercayai, tetapi ditolak dengan tegas,
sehingga pengadilan menjatuhkan hukuman mati. Origen dengan perasaan
sedih menulis surat kepada ayahnya agar tabah dan tetap setia kepada
Tuhan. Menurut cerita, Origen juga mau mati syahid bagi Tuhan dengan
menyerahkan diri, tetapi ibunya berusaha menahan dengan
menyembunyikan pakaiannya, sehingga Origen tidak jadi mati syahid
bagi Tuhan.
keluarga Kristen yang mengasihi Tuhan di Aleksandria. Pada tahun 202
A.D. ayahnya yang bernama Leonides ditangkap dan diminta untuk
menyangkali Tuhan yang dipercayai, tetapi ditolak dengan tegas,
sehingga pengadilan menjatuhkan hukuman mati. Origen dengan perasaan
sedih menulis surat kepada ayahnya agar tabah dan tetap setia kepada
Tuhan. Menurut cerita, Origen juga mau mati syahid bagi Tuhan dengan
menyerahkan diri, tetapi ibunya berusaha menahan dengan
menyembunyikan pakaiannya, sehingga Origen tidak jadi mati syahid
bagi Tuhan.
Ia adalah seorang cendikiawan
Kristen yang sangat disegani.
Di bawah asuhan beberapa filsuf kafir yang terkenal, sehingga ia
menjadi seorang yang sepenuhnya menguasai filsafat Yunani. Dan
diisukan juga bahwa Origen pernah menimba ilmu dari filsuf Ammonius
Sakkas yang terkenal sebagai pendiri Neo-Platonisme. Pada usia yang
relatif muda, yaitu 18 tahun, ia telah menjadi kepala di sebuah
Sekolah Alkitab. Karya tulisnya sangat banyak dan diduga mencapai
enam-ribuan buah, tapi sayang banyak yang sudah musnah. Di antara
karyanya yang paling terkenal adalah "Hexapla" yang berisi enam buku
penafsiran; "First Principles" (pengantar ke dalam Teologi
Sistematika) dan "Against Celsus" (Buku Apologetika Kristen). Origen
menuntut kehidupan yang saleh dan sederhana, menjauhi diri dari
minuman keras, hawa nafsu, sering mengekang diri, berpuasa dan tidur
di atas dipan tanpa alas. Menurut cerita bahwa pengabdiannya menuntut
kehidupan saleh dan sederhana begitu menyeluruh dan konsekwen. Pola
hidup yang saleh dan sederhana ini, menyebabkan ia sangat dihormati
dan dikagumi.
Di bawah asuhan beberapa filsuf kafir yang terkenal, sehingga ia
menjadi seorang yang sepenuhnya menguasai filsafat Yunani. Dan
diisukan juga bahwa Origen pernah menimba ilmu dari filsuf Ammonius
Sakkas yang terkenal sebagai pendiri Neo-Platonisme. Pada usia yang
relatif muda, yaitu 18 tahun, ia telah menjadi kepala di sebuah
Sekolah Alkitab. Karya tulisnya sangat banyak dan diduga mencapai
enam-ribuan buah, tapi sayang banyak yang sudah musnah. Di antara
karyanya yang paling terkenal adalah "Hexapla" yang berisi enam buku
penafsiran; "First Principles" (pengantar ke dalam Teologi
Sistematika) dan "Against Celsus" (Buku Apologetika Kristen). Origen
menuntut kehidupan yang saleh dan sederhana, menjauhi diri dari
minuman keras, hawa nafsu, sering mengekang diri, berpuasa dan tidur
di atas dipan tanpa alas. Menurut cerita bahwa pengabdiannya menuntut
kehidupan saleh dan sederhana begitu menyeluruh dan konsekwen. Pola
hidup yang saleh dan sederhana ini, menyebabkan ia sangat dihormati
dan dikagumi.
B. Permasalahan
1.
Dari negara mana, kapan
dan mengapa paham Dogmatisme dan Universalisme itu muncul an faktor-faktor
apasaja yang mendorong atau yang melatarbelakanginya?
2.
Siapa sajakah tokoh
pendukung dalam pemikiran paham Dogmatisme dengan Universalisme?
3.
Apa tujuan dan harapan,
keinginan dari tokoh paham Dogmatisme dan Universalisme?
4.
Bagaimana dampak dan
pengaruh denagn paham Dogmatisme dan Universalisme, serta negara-negara yang
menganut paham tersebut dan adakah pengaruh paham itu dengan masa sekarang ini
dan bagaiman terhadap Indonesia sendiri?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Lahirnya Paham Dogmatisme Dan factor-faktor munculnya paham Dogmatisme
Paham dogmatisme berkembang pada
zaman abad pertengahan. Semboyan yang dipakai pada masa ini adalah ‘ancilla
theologia’ (abdi agama), sehingga semua aktifitas ilmiah selalu berkaitan
dengan aktifitas agama. Paham ini menerima kebenaran-kebenaran asasi agama dan
dasar Ilmu Pengetahuan begitu saja, tanpa mempertanggung jawabkannya secara
kritis. Sifat dogmatis dalam agama menimbulkan jika, pernyataan dalam suatu
agama selalu dihampiri oleh keyakinan tertentu, sehingga menganggap bahwa
pernyataan (ayat) yang ada di dalam kitab suci mengandung nilai kebenaran yang
sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya. Kandungan dari ayat
kitab suci ini tidak dapat di ubah dan sifatnya absolut. Namun implikasi dari
makna kitab suci tersebut dapat berkembang secara dinamis sesuai dengan
perkembangan waktu.
Pemikiran dogma memiliki
kepercayaan yang besar mengenai keagamaan, seperti contoh dogma menurut agama
kristen bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Aliran seperti
ini bertolak dengan filsafat Yunani Kuno, namun filsafat Yunani Kuno juga
memperkuat pendapat tersebut. Menurut filsafat Yunani Kuno yang bertolak dari pendapat
tersebut adalah, bahwa kebenaran dapat di capai oleh kemampuan akal (rasional).
Sebaliknya, pendapat filsafat Yunani Kuno yang memperkuat pendapat dari paham
dogma tersebut adalah, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan,
kebijaksanaan manusia berarti kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan pula.
Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran sejati, oleh karenanya kal dapat di
bantu oleh wahyu. Bagi aliran dogmatisme, wahyu merupakan sebagai salah satu
sumber pengetahuan. Keyakinan terhadap wahyu adalah berupa peraturan-peraturan
atas agama.
Dalam filsafat,
dogmatisme awalnya menentang sikap skeptis atau skeptisisme (bernama setelah
Pyrrho dari Elis, orang skeptis pertama Yunani besar, ~ 365 - ~ 275). Dalam
pengertian ini, dibuktikan oleh Diogenes Laertius (abad ketiga.), Dogmatisme
berarti setiap doktrin bahwa adalah mungkin untuk mencapai kepastian,
skeptisisme adalah, sebaliknya, untuk menyatakan bahwa pikiran manusia,
meskipun ambisinya spekulatif tidak memiliki cara untuk mencapai kebenaran umum,
acara, dan harus, karena itu, menahan diri dari menyatakan, tidak menyangkal,
mungkin berlindung di sebuah, hati-hati pendiam, dan meninggalkan segala
sesuatu pertimbangan dalam penundaan. Dogmatisme kemudian keberatan dengan
kritik, atau lebih tepatnya, sejak Kant (1724-1804), yang "kritis"
filsafat dikatakan melawan dogmatisme: ". Tidur dogmatis" mereka
untuk menggantikan kebangkitan kritis Filosofi penting mendefinisikan dirinya
sebagai pemeriksaan pendahuluan tentang bagaimana kita tahu, ketimbang memperhitungkan
obyek segera diketahui, dan dia disebut dogmatis (dalam arti merendahkan)
berpura-pura untuk meletakkan prinsip-prinsip atau untuk mengekstrak
pengetahuan tanpa bertanya terlebih dahulu pada hak untuk mengklaim, pada
kondisi-kondisi kemungkinan dan keterbatasan latihan.
Latar
belakang munculnya paham Universalisme adalah Sikap manusia yang satu terhadap manusia yang
lain bermacam-macam. Ada yang indiferentistis alias acuh tak acuh. Ada yang
diskriminatif, membeda-bedakan orang atas dasar status dan jabatan sosial, kekayaan, warna kulit, ras, dan agama. Ada yang partikularistis,
memandang diri istimewa, khusus, dibanding dengan manusia lain, cenderung
superioristis, menganggap diri lebih tinggi dari manusia lain. Namun demikian, ada juga
yang universalistis, memandang semua orang sama martabat dan kedudukannya. Dari
sinilah lahir paham universalistis, universalisme.
Universalisme adalah ide pendapat
yang universal. Ada beberapa jenis universalisme: agama, politik, filsafat
Ø Dalam agama
Ø Dalam
politik
Ø Dalam
Filsafat
1.
Dalam agama
The universalisme agama adalah
gagasan bahwa beberapa agama memiliki panggilan universal.
Banyak yang percaya ini adalah nama
dari visi ini bahwa gereja-gereja Kristen telah mengirim misionaris di seluruh
dunia untuk mengkonversi orang. Katolik Istilah berasal dari Yunani dan
sebenarnya berarti "universal."
Kristen Universalisme adalah
doktrin bahwa semua manusia (tanpa memandang agama mereka) akan diselamatkan.
Dia dianut oleh Gereja Universalis Amerika (1793-1961).
2.
Dalam politik
ü Universalisme
kelembagaan menganggap bahwa semua orang harus terwakili dalam menjalankan
urusan dunia (globalisasi demokratis).
ü Ajaran
Universalisme Republik asal Perancis, yang menggambarkan republik sebagai salah
satu dan tak terpisahkan dan bahwa semua warga negara memiliki hak yang sama,
mengusulkan modelnya sebagai yang ideal universal.
3.
Dalam filsafat
ü Universalisme
dalam filsafat adalah gagasan bahwa ada yang universal dan kebenaran yang akan
mengatur hubungan antara manusia dibentuk oleh akal manusia.
ü The
universalisme moral (dalam) (juga disebut objektivitas moral atau moralitas
universal) adalah meta-etika bahwa beberapa sistem etika, atau etika universal,
berlaku universal, artinya untuk "semua individu dalam situasi yang
sama," tanpa memandang budaya, ras, jenis kelamin, agama, kebangsaan,
seksualitas, atau karakteristik yang membedakan lainnya.
2.2 Para Tokoh dalam paham Dogmatisme dan
Universalisme
Tokoh
dalam paham Dogmatisme diantaranya Immanuel Kant dikenal sebagai tokoh Filsafat Kritis
lawan dari Filsafat Dogmatis. Pemikiran David Hume
(1711-1776) sangat berpengaruh pada Kant. Pyrrho dari Elis, orang skeptis
pertama Yunani besar, 365 - 275). Dalam
pengertian ini, dibuktikan oleh Diogenes Laertius (abad ketiga.),
Tokoh
dalam paham Universalisme adalah Origen
(185-254).
2.3 Tujuan dan
Cita-cita dari para Tokoh paham Dogmatisme dan Universalisme
Filsafat kant bermaksud
membed-bedakan antarapengenalan yang murni dan yang tidak murni, yang tiada
kepastiannya. Ia ingin membersihkan pengenalan dari keterikatan kepada
segala penampakan yang bersiifat sementara. Jadi filsafatnya dimaksud sebagai penyadaran atas
kemampuan—kemampuan rasio secar obyektif dan menentukan batas-batas kemampuannya, untuk
member tempat kepada iman dan kepercayaan.Menurut kant, pemikiran telah
mencapai arahnya yang pasti didalam ilmu pengetahuan pasti- alam,seperti yang
telah disusun oleh newton. Ilmu pengetahuan pasti-alam itu telah mengajarkan
kita,bahwa perlu sekali kita terlebih dahulu secar akritis meneliti
pengenalan.pertanyaannya kenapa Immanuel Kant menyatakan filsafatnya kritisisme, Karena kant menggabungkan kedua
faham yang bersebrangan, yaitu rasionalisme eropa yangteoritis, a priori,
sesuai rasio, dan terinspirasi oleh plato, serta empirisme inggris yang
berpijak.
Para
tokoh dari Paham Universalisme mempunyai tujuan Pada abad kesembilan belas dan
keduapuluh, yaitu setelah manusia
dilanda kepahit-getiran karena mengalami duakali perang dunia; kepahitan getiran
penjajahan; bangkitnya kembali agama-agama kuno dan merosotnya kebudayaan
barat dan agama Kristen; kecenderungan
"kebebasan" berpikir; sehingga membangkitkan jiwa nasionalis, sukuisme, solidaritas
dan kerinduan pada kasih dan perhatian.
Hal-hal ini memberi angin segar dan keuntungan bagi bagkitnya paham Universalisme.
Karena paham Universalisme yang menggembar-nggemborkan
tentang kasih Allah, sangat cocok dengan kebutuhan orang-orang yang baru
saja mengalami kepahit-getirnya akibat
perang, penjajahan dan lain-lain; maka tidak heran, dalam waktu yang relatif singkat, banyak
sekali penganutnya .
2.4 Dampak dari paham Dogmatisme dan Universalisme
ü Dampak dari paham Universalisme
A.
Dengan kemudahan sangat
mendapatkan keselamatan, tanpa pertobatan percaya, dilahirkan baru,
memperoleh hidup baru dari Yesus Kristus;
dengan jaminan pasti tentang keselamatan dikemudian hari akan
mendorong manusia untuk meremehkan tanggung-jawab mereka, khususnya
di bidang moral. Dalam hal ini Dr. John Pao mengatakan, "Bahaya
ajaran Universalisme adalah menghilangkan daya kontrol dalam
kehidupan manusia. Jika semuanya pada suatu kali diselamatkan,
kehidupan sekarang tidak menentukan kehidupan kelak, maka manusia
bisa bertindak semau gue selama di dunia ini. Jika manusia tidak usah
lagi mempertanggungjawabkan tindakan selama di dunia di akhirat
nanti, maka manusia akan kehilangan daya dan motivasi untuk menjauhi
kejahatan dan mencintai kebenaran (John Pao, EQUIPPED WITH TRUTH,
hal. 53). Dr. Arthur M. Climenhaga menyebutkan juga bahwa umat
Kristen atau pendeta yang menerima paham ini, bukan saja akan menolak
iman kepercayaan Kristen, antara lain tentang Allah Tritunggal dan
otoritas Alkitab, dan juga menurunkan standard moral mereka ketitik
yang terendah (Harold Lindsell, THE CHURCH'S WORLDWIDE MISSION, hal.
73).
dengan jaminan pasti tentang keselamatan dikemudian hari akan
mendorong manusia untuk meremehkan tanggung-jawab mereka, khususnya
di bidang moral. Dalam hal ini Dr. John Pao mengatakan, "Bahaya
ajaran Universalisme adalah menghilangkan daya kontrol dalam
kehidupan manusia. Jika semuanya pada suatu kali diselamatkan,
kehidupan sekarang tidak menentukan kehidupan kelak, maka manusia
bisa bertindak semau gue selama di dunia ini. Jika manusia tidak usah
lagi mempertanggungjawabkan tindakan selama di dunia di akhirat
nanti, maka manusia akan kehilangan daya dan motivasi untuk menjauhi
kejahatan dan mencintai kebenaran (John Pao, EQUIPPED WITH TRUTH,
hal. 53). Dr. Arthur M. Climenhaga menyebutkan juga bahwa umat
Kristen atau pendeta yang menerima paham ini, bukan saja akan menolak
iman kepercayaan Kristen, antara lain tentang Allah Tritunggal dan
otoritas Alkitab, dan juga menurunkan standard moral mereka ketitik
yang terendah (Harold Lindsell, THE CHURCH'S WORLDWIDE MISSION, hal.
73).
B.
Paham Universalisme
menaburkan benih keragu-raguan orang terhadap
Firman Allah. Jika dikatakan orang di luar Kristus bisa diselamatkan,
lalu bagaimana dengan perkataan Yesus Kristus yang
mengatakan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh.
14:6); dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di
dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kis.
4:12). Dengan demikian, bukankah paham ini menjadikan kata-kata Tuhan
Yesus dan Alktitab sebagai bualan saja? Dengan demikian pula,
bukankah paham ini secara langsung atau tidak langsung menumbangkan
otoritas Alkitab sebagai firman Allah?
Firman Allah. Jika dikatakan orang di luar Kristus bisa diselamatkan,
lalu bagaimana dengan perkataan Yesus Kristus yang
mengatakan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." (Yoh.
14:6); dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di
dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang
diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan (Kis.
4:12). Dengan demikian, bukankah paham ini menjadikan kata-kata Tuhan
Yesus dan Alktitab sebagai bualan saja? Dengan demikian pula,
bukankah paham ini secara langsung atau tidak langsung menumbangkan
otoritas Alkitab sebagai firman Allah?
C.
Menurut Dr. Arthur M.
Climenhaga bahwa paham Universalisme ini
akan membawa manusia pada suatu kali kepada sinkretisme (ibid. hal
81). Pernyataan ini bukan tanpa dasar, karena menyamakan semua agama
di dunia, maka akan timbul anggapan semua ini dapat disatukan, dengan
cara mencari persamaannya dengan menghilangkan perbedaannya.
D. Paham ini akan menutup kemungkinan kesempatan manusia untuk
bertobat. Dengan kata lain, paham ini akan mencelakakan banyak orang.
Bukankah firman Tuhan mengatakan, "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia
tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di
bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah"
(Yoh. 3:18); "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang
kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan
melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh.
3:36)?
akan membawa manusia pada suatu kali kepada sinkretisme (ibid. hal
81). Pernyataan ini bukan tanpa dasar, karena menyamakan semua agama
di dunia, maka akan timbul anggapan semua ini dapat disatukan, dengan
cara mencari persamaannya dengan menghilangkan perbedaannya.
D. Paham ini akan menutup kemungkinan kesempatan manusia untuk
bertobat. Dengan kata lain, paham ini akan mencelakakan banyak orang.
Bukankah firman Tuhan mengatakan, "Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia
tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di
bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah"
(Yoh. 3:18); "Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang
kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan
melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya." (Yoh.
3:36)?
D.
Paham ini akan
melemahkan semangat anak-anak Tuhan dalam
penginjilan. Jika semua orang diselamatkan, untuk apalagi kita
mengabarkan Injil? Dr. John Pao mengatakan, "Jika demikian, untuk apa
kita mengirim misionaris ke luar negeri? Untuk apa kita
mempersembahkan diri untuk mengabarkan Injil? Untuk apa kita
mendukung pekerjaan Gereja? Untuk apa kita berdoa bagi jiwa-jiwa yang
belum mengenal Tuhan? Untuk apa?...untuk apa... (John Pao, EQUIPPED
WITH TRUTH, hal. 53).
penginjilan. Jika semua orang diselamatkan, untuk apalagi kita
mengabarkan Injil? Dr. John Pao mengatakan, "Jika demikian, untuk apa
kita mengirim misionaris ke luar negeri? Untuk apa kita
mempersembahkan diri untuk mengabarkan Injil? Untuk apa kita
mendukung pekerjaan Gereja? Untuk apa kita berdoa bagi jiwa-jiwa yang
belum mengenal Tuhan? Untuk apa?...untuk apa... (John Pao, EQUIPPED
WITH TRUTH, hal. 53).
ü Dampak dari pahan Dogmatisme
Pemikiran dogma memiliki kepercayaan yang besar
mengenai keagamaan, seperti contoh dogma menurut agama kristen bahwa wahyu
Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Aliran seperti ini bertolak dengan
filsafat Yunani Kuno, namun filsafat Yunani Kuno juga memperkuat pendapat
tersebut. Menurut filsafat Yunani Kuno yang bertolak dari pendapat tersebut
adalah, bahwa kebenaran dapat di capai oleh kemampuan akal (rasional).
Sebaliknya, pendapat filsafat Yunani Kuno yang memperkuat pendapat dari paham
dogma tersebut adalah, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan,
kebijaksanaan manusia berarti kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan pula.
Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran sejati, oleh karenanya kal dapat di
bantu oleh wahyu. Bagi aliran dogmatisme, wahyu merupakan sebagai salah satu
sumber pengetahuan. Keyakinan terhadap wahyu adalah berupa peraturan-peraturan
atas agama.
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian paham Dogmatisme adalah filsafat yang
mendasarkan pandangannya kepada pengertian
Allah atau subtansi atau monade, tanpa menghiraukan rasio telah memiliki
pengertian tentang
hakekatnya sendiri, luas dan batas kemampuannya atau tidak mengakuinya adanya
tuhan atau salah satu aliran filsafat yang tidak terbatas kepercayaanya kepada
akal manusia.
Univerrsalisme adalah paham yang
percaya bahwa semua manusia pada akhirnya akan mendapat bagian pada keselamatan
oleh Yesus Kristus.Keselamatan yang didapatkan itu adalah anugerah Allah.
Universalisme adalah ide pendapat
yang universal. Ada beberapa jenis universalisme: agama, politik, filsafat.
Tokoh
dalam paham Dogmatisme diantaranya Immanuel Kant dikenal sebagai tokoh Filsafat Kritis
lawan dari Filsafat Dogmatis. Pemikiran David Hume
(1711-1776) sangat berpengaruh pada Kant. Pyrrho dari Elis, orang skeptis
pertama Yunani besar, 365 - 275). Dalam
pengertian ini, dibuktikan oleh Diogenes Laertius (abad ketiga.), Tokoh dalam
paham Universalisme adalah Origen
(185-254).
Tujuan
dari paham Dogmatisme adalah Filsafat
kant bermaksud membed-bedakan antarapengenalan yang murni dan yang tidak murni,
yang tiada kepastiannya. Ia ingin membersihkan pengenalan dari keterikatan kepada
segala penampakan yang bersiifat sementara . bangkitnya
kembali agama-agama kuno
dan merosotnya kebudayaan barat dan agama Kristen; kecenderungan "kebebasan"
berpikir; sehingga membangkitkan jiwa nasionalis, sukuisme, solidaritas
dan kerinduan pada kasih dan perhatian.
Bahaya ajaran Universalisme adalah
menghilangkan daya kontrol dalam
kehidupan manusia. Dampak dari paham Dogmatisme adalah Pemikiran dogma memiliki kepercayaan yang besar mengenai keagamaan, seperti contoh dogma menurut agama kristen bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati.
kehidupan manusia. Dampak dari paham Dogmatisme adalah Pemikiran dogma memiliki kepercayaan yang besar mengenai keagamaan, seperti contoh dogma menurut agama kristen bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati.
DAFTAR
ISTILAH
Dogma : Pokok
ajaran kepercyaan yanh harus diterima kebenarannya dan diamalkan
Dogmatisme : Filsafat yang mendasarkan
pandangannya kepada
pengertian
Allah atau subtansi atau monade, tanpa menghiraukan rasio telah memiliki
pengertian tentang
hakekatnya sendiri, luas dan batas kemampuannya atau tidak mengakuinya adanya
tuhan atau salah satu aliran filsafat yang tidak terbatas kepercayaanya kepada
akal manusia.
Identik :
Tidak
berbeda sedikit pun
Filosofi :
Filsafat
Rasional :
Pemikiran menurut akal sehat, akal budi, nalar
Monade : konsep metafisika dan teologi bahwa
hanya ada satu substansi
dalam alam.
Subtansi :
Watak
yg sebenarnya dr sesuatu; isi; pokok; inti
Kritisme : Proses penyusunan keputusan yang
terdiri dari subjek dan predikat.
Otoritatif :
Menjalakan pemerintahan dengan kekuasaan sendiri
Filsafat : Pengetahuan
dan penyelidikan dengan akal budi berkenaan tentang hakekat
Universalisme :
Paham yang percaya bahwa semua
manusia pada akhirnya akan mendapat bagian pada keselamatan oleh Yesus Kristus.Keselamatan yang didapatkan itu adalah anugerah Allah
Indiferentistis : Acuh tak acuh
Nasionalis
: Cinta Nusa
Bangsa
Sukuisme : Paham atau praktik yg mementingkan suku bangsa sendiri
Solidaritas : Kesatuan kepentingan, simpati, dll,
sebagai salah satu anggota dari kelas yang sama.
Otoriter : Politik yang ditandai dengan pemusatan kekuatan politik di tangan sekelompok kecil elit yang tidak memberikan
pertanggung-jawaban kepada masyarakat secara institusional.
Skeptisme : Ketidakpercayaan atau keraguan
seseorang tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya.
Cendikiawan : Orang yang menggunakan kecerdasannya
untuk bekerja, belajar, membayangkan, mengagas, atau menyoal dan menjawab
persoalan tentang berbagai gagasan
Kafir :
Orang yang tidak mengakui adanya Tuhan
Kritis :
Kemampuan untuk menyerap berbagai argument kemudian mengelolahnya menjadi
pendapat kritis untuk mencapai tingkat kesepakatan demi kebersamaan dan
menggunakan alas an yang mendasar dan realities
DAFTAR PUSTAKA
Romein.
1956. Area Eropa, Peradaban Eropa, Bandung, Jkkarta, Amsterdam: Sanaco N.V
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/philosophy/2109377-tokoh-filsafat-immanuel-kant-1724/#ixzz1rYmWzfHP.
Diakses pada
tanggal 09 April 2012 Pukul 20.30 Wib
Diakses pada
tanggal 09 April 2012 Pukul 20.30 Wib
Diakses pada
tanggal 09 April 2012 Pukul 20.30 Wib
Diakses pada
tanggal 09 April 2012 Pukul 20.30 Wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar